Kemandirian Difabel Kota Kediri, Meski Corona Bisnisnya Tak Surut

  

Maskurun Yuyun (47 tahun), seorang tunarungu tidak menyerah pada nasib. Ia serius belajar menjahit hingga mendirikan lembaga latihan menjahit. Yuyun pun bisa memberi pekerjaan kepada sesama difabel. Pada saat pandemi melanda, UMKM-nya tak surut pesanan.

“Saya buat masker transparan untuk para tunarungu. Alhamdulillah, pesanannya lebih dari 2000 masker kami kerjakan,” kata Yuyun. Tak hanya masker transparan, ia juga membuat aneka masker baik yang dewasa dan anak-anak untuk orang umum. Diferensiasi produk ketika pesanan busana yang menjadi usaha utama dengan merek Abidah Collection ini terhenti ketika pandemi.

Harga untuk masker antara Rp 7.000,- hingga Rp 15.000,- per lembar tergantung desain. Untuk masker plastik, perlu ketelitian untuk menjahit sehingga dibandrol Rp 15.000,-. Yuyun sudah mengirim pesanan ke beberapa kota di Jawa Timur dan Jakarta. Jahitannya rapi dan nyaman dipakai sehingga

Perjalanan Yuyun dalam hal jahit menjahit sudah 20-an tahun. Yuyun mengalami tunarungu bukan dari lahir. Pada usia 3 tahun, ia mengalami kecelakaan parah yang menyebabkan luka di kaki dan syaraf hingga hilang pendengaran. Dalam perjalanannya, Yuyun sekolah di sekolah reguler hingga SMKK Negeri Kediri. Dari sinilah ia kemudian menekuni menjahit dan belajar khusus di sekolah menjahit di Surabaya.

Awalnya Yuyun bekerja di tempat lain, sebuah industri konveksi yang turut membangun pengalamanannya. Sayang, industri tersebut tutup. Mau bekerja di tempat lain, bagi difabel tak mudah. Akhirnya justru ia mandiri, membuat label sendiri, dan juga kursus menjahit untuk umum.

Sekitar tahun 2007, Abidah Collection dirintis dengan usaha kursus dan melayani pesanan. Bukan memproduksi busana sebab tak mudah bila menjual retail.

“Saya mendirikan kursus biar para difabel bisa belajar. Tidak semua tempat kursus mau menerima difabel. Maka di sini saya buat metode pengajaran untuk semua,” kata Yuyun. Muridnya pun beragam, mulai difabel dan umum. Dari lembaga latihan ini, beberapa difabel sudah mampu membuat usaha sendiri.

“Anggota kami juga beberapa kali diundang Pemkot untuk pelatihan UMKM. Sangat membantu,” kata Yuyun yang juga Ketua Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia). Pemkot Kediri kerap mengadakan pelatihan untuk UMKM melalui kerja Disperdagin. Harapan Yuyun, Pemkot semakin banyak melibatkan para difabel untuk pelatihan, sebab untuk bidang tertentu, mereka sangat mampu dan sama dengan orang pada umumnya. Pun para pelanggan Abidah Collection membeli produknya bukan karena kasihan, tapi memang karena karya yang bagus.